Perspektif Santri
Remaja harus candu dengan kegiatan BO agar tidak Memiliki Branding Negatif

Mendengar kata remaja, dengan automatis opini pikiran kita tergiring kepada hal-hal yang kurang senonoh, dan lebih identik anak muda saat ini memiliki branding negatif.
Hal ini bisa dikatakan sangat melekat karna masa remaja adalah masa transisi usia yang pola kehidupan dan pergaulannya sangat jauh berubah drastis,
Saat zaman kanak kanak, kita hanya mampu bermain kelereng didepan halaman rumah, sedangkan saat remaja tiba, kita disuguhkan dan dipaksa dengan pergaulan bernuansa glamor, mewah, seolah berlomba untuk menekan gengsi dan merendahkan fungsi, ditambah lagi fasilitas serba canggih, dan serba mudah, seolah olah era saat ini menjadikan kita sebagai raja dan putri yang siap dilayani oleh kemajuan teknologi.
Baca Juga : Fakta Menarik dalam Islam yang Mungkin Belum Anda Ketahui(Buka di tab peramban baru)
Salah satu hal yang mejadi penyakit utama terhadap keberlangsungan branding negatif tersebut adalah, mayoritas remaja belum siap menjalani ruang lingkup siklus kehidupan seperti itu, bahkan keluarga (madrosatul ula) kurang memberikan edukasi pertahanan dan pemilteran pergaulan sehingga remaja yang baru saja tampil pada fase remaja kebanyakan tersesat dan sulit untuk kembali pada pola kehidupan dasar sesuai mindshet yang dibentuk oleh orangtuanya!.
Maka pada saat ini kita kembalikan makna BO (Bimbingan Orangtua) yang dulunya positif saat ini sudah terkutuk oleh nafsu menjadi makna yang kurang baik.
Realita dan Fakta
Jika dipandang dalam segi perspektif santri, berlandaskan hukum syar’i, menguutip dari kitab Majmu Atul Aqidah karanag Uwa Ajengan (pendiri pondok pesantren miftahul manonjaya – tasikmalaya) beliau menukil nadhoman (Ibnu Ruslam, Az-zubad,5)
اول وَاجِب على الْإِنْسَان # معرفَة الْإِلَه باستيقان
“Hal yang pertama diwajibkan atas manusia adalah mengetahui tentang Tuhan dengan meyakininya”
Karna alasan diciptakannya manusia dimuka bumi ini untuk beribadah
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Maka Tugas pertama manusia pertama kali itu mengetahui dan meyakini tentang ketuhanan, supaya ibadahnya benar dan diterima karna sesuai dengan ilmunya.
Oleh karna ini salah satu langkah pertama para ahli fikih dan para pakar van ilmu lainnya membimbing kita dengan ajaran hukum syara yang dikemas dengan sesederhana dan semudah mungkin agar kita tidak syok saat mempelajarinya.
Dalam kontek kali ini menurut saya kita dipaksa menyadari bahwa pola pikir dan sistem serta fungsi ajaran agama islam itu sudah sangat maju, namun peradaban menghapuskan hal tersebut karna unsur keserakahan dan upaya pembodohan masal.
Mari kita beranalogi
Dalam dunia kedokteran ada kegiatan SEX EDUCATION kegiatan tersebut memiliki banyak latar belakang dan tujuan diantaranya :
- Menyadarkan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi
- Mencegah terjadinya pelecehan seksual
Dan lain sebagainya.
Kamuflase Kata
Faktanya kegiatan itu mengadopsi dari nilai islam yang diubah kemasannya pada versi saat ini.
Kegiatan tersebut disosialisasikan baru baru ini, sedangkan jika kita tinjau dalam kajian kitab kuning untuk kelas dasar, sex edukasi itu sudah ada, bahkan lebih detail dan menyeluruh contohnya seperti :
Kutipan bab Haid
Pada kitab safinatunnah madzhab imam Syafii mengenalkan kita pada penjelasan tentang haidh dan nifas
أًقَلُّ الْحَيْضِ: يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ.
Lama minimalnya haidh adalah sehari semalam.
وَغَالِبُهُ: سِتٌّ أَوْ سَبْعٌ.
Umumnya adalah enam atau tujuh hari.
وَأَكْثَرُهُ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْماً بِلَيَالِيْهَا.
Lama maksimalnya adalah lima belas hari lima belas malam.
أَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الْحَيْضَتَيْنِ: خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمَاً.
Masa suci minimal antara dua haidh adalah lima belas hari.
وَغَالِبُهُ: أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمَاً، أَوْ ثَلاَثَةٌ وَعِشْرُوْنَ يَوْمَاً.
Umumnya waktu suci adalah dua puluh empatatau dua puluh tiga hari.
وَلاَ حَدَّ لأَكْثَرِهِ.
Sedangkan waktu suci paling lama adalah tidak dibatasi.
Apakah itu bukan sex edukasi? Menurutku sih iya… hanya saja berbeda penyebutan saja.
Dalam program sex edukasi yang diusung oleh kedokteran, direkomendasikan dikenalkan pada anak anak sehingga saat remaja mereka sudah faham terhadap batasan dan kebebasan, dan jika kita lihat lagi, dalam pendidikan pesantren, kurikulum yang diberikan pada tahap awal itu pasti kitab dasar untuk memahami ilmu fiqih, itu kitab safinatunnajah madhab syafii. Karna di Indonesia mayoritasnya bermadzhab syafiiah.
Konklusi
Dari nadhom bait, program kedokteran, dan tinjawan hukum syara. Nampaknya memiliki kesamaan dalam memberikan edukasi dan pengawasan dalam menjalani kehidupan sesuai hukum bernegara dan beragama, namun yang disayangkan,
Branding negatif pada kalangan remaja terkadang lahir dari ruang lingkup pergaulan yang didominasi oleh kemaksiata, kadar wawasan yang kurang mumpuni sehingga remaja tak mampu mengolah pikiran berjangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Dan tidak menutup kemungkinan branding negatif terhadap remaja itu diakibatkan karna kurangnya bimbingan dari orang tua (madrostul ula) entah bimbingan secara moral, emosional, atau intelektualnya.
Semoga website JURNAL PESANTREND MIFTAHUL HUDA bisa membantu kita dalam pengembangan wawasan dan peningkatan keimanan.
Amiin
Wallahu a’lam bishowab.
Karya : anugrah24