Connect with us

Kelas Online

Niat Puasa Ramadhan dan Beberapa cara Melafalkannya

Published

on

niat puasa ramadhan

Sobat Jurnal! Puasa adalah salah satu ibadah utama dalam Islam yang memiliki banyak keutamaan, baik dari segi spiritual maupun kesehatan. Namun, sebelum menjalankan ibadah puasa, ada satu hal yang harus terprioritakan, yaitu niat puasa. Dalam pandangan agama Islam, niat bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga merupakan peneguhan dalam hati untuk menjalankan suatu ibadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Niat puasa memiliki aturan tersendiri dalam pengucapannya, baik untuk puasa wajib seperti Ramadhan maupun puasa sunnah. Oleh karena itu, dalam artikel ini kita akan membahas cara membaca/melafalkan niat puasa

Niat merupakan salah satu rukun yang wajib tesematkan bagi setiap Muslim yang hendak berpuasa. Dalam puasa wajib seperti puasa Ramadhan, qada, dan nazar, seseorang harus berniat di malam hari sebelum terbit fajar. Berbeda halnya puasa sunnah, yang lebih longgar.

Dalam Mazhab Syafi’i, Muslimin harus membaca niat puasa setiap hari pada malam Ramadhan. Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam karyanya, Hasyiyatul Iqna’, menjelaskan :

ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر

التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر

“Disyaratkan berniat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar.

Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, harus niat puasa di setiap hari (bulan Ramadan) jika melihat redaksi zahir hadits.” (Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, juz 2)

Beberapa cara melafalkannya.

Berikut ini adalah beberapa redaksi cara melafalkan niat puasa.

1. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Kata “Ramadhana” sebagai mudhaf ilaihi sehingga akhirannya fathah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarrnya. Sedangkan kata “sanati” akhirannya kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah. Redaksi ini bersumber dari Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu.

2. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Kata “Ramadhana” sebagai mudhaf ilaihi sehingga akhirannya fathah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarrnya. Sedangkan kata “sanata”  berbaris fathah sebagai tanda nashab atas kezharafannya. Redaksi ini berasal dari Kitab Asnal Mathalib.

3. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”

Kata “Ramadhani” sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga akhirannya kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarrnya. Sedangkan kata “sanati” akhirannya kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas badal  kata “hādzihi” yang menjadi mudhaf ilaihi dari “Ramadhani”. Redaksi ini dikutip dari Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam.

4. نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.” redaksi ini diambil dari dari Kitab I’anatut Thalibin.

5. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma ghadin min/’an Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.” redaksi ini diambil dari dari Kitab I’anatut Thalibin.

6. نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ

Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.” Redaksi ini dinukil dari Kitab Asnal Mathalib.

Benang Merah

Dari semua Perbedaan redaksi pelafalan ini, tidak satupun mengubah substansi lafal niat puasa Ramadhan. Dan kita pun harus selalu ingat bahwa niat adalah salah satu rukun dalam menjalankan ibadah puasa, niat puasa memiliki peranan penting dalam menentukan sah atau tidaknya puasa seseorang. Niat puasa bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan bentuk keteguhan hati untuk menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2023 Miftahul Huda Pusat.