Connect with us

Khutbah Jumat

MENELADANI SYUKUR KEMERDEKAAN DENGAN JEJAK RASULULLAH DAN SAHABAT

Published

on

millad huda

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَبِنِعْمَةِ الْحُرِّيَّةِ، فَهُمَا عَوَانٌ عَلَى بِنَاءِ أُمَّةٍ عَادِلَةٍ وَمُتَحَضِرَةٍ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ إِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَبِنْ شَكَرْتُمْ لَا زِيْدَنَّكُمْ وَلَبِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ
لَشَدِيدٌ.

Segala puji bagi Allah ﷻ, Dzat yang telah menganugerahkan kepada kita
nikmat iman yang menjadi cahaya hati, dan nikmat kemerdekaan yang
menjadi penopang tegaknya bangsa.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, teladan
agung yang membebaskan umat dari kegelapan menuju cahaya tauhid, dan
menanamkan nilai iman, akhlak, serta tanggung jawab kepada generasi
penerusnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…

Ketika kita berbicara tentang kemerdekaan, ingatan kita tidak hanya tertuju
pada tanggal 17 Agustus, tetapi juga pada jejak agung di masa Rasulullah ﷺ
dan para sahabat bagaimana mereka memaknai pembebasan negeri
dengan iman, akhlak, dan keadilan

Mari kita mulai dari Fathu Makkah. Di tahun 8 Hijriah, kota yang dahulu
mengusir dan menindas kaum muslimin itu akhirnya dibebaskan. Namun,
pembebasan itu tidak berubah menjadi panggung balas dendam. Begitu
Makkah berada dalam genggaman, Rasulullah ﷺ menenangkan hati
penduduknya dengan kalimat yang mengguncang nurani:

إِذْهَبُوا فَأَنْتُمُ الظُّلُقَاءُ

“Pergilah, kalian semua bebas.”

Di sinilah kemerdekaan dipahami sebagai ruang untuk menghapus dendam,
menegakkan keamanan, dan membuka jalan ibadah. Tidak ada pesta pora,
tidak ada kesombongan kemenangan yang ada adalah pemaafan,
persatuan, dan penguatan tauhid. Inilah pelajaran pertama: kemerdekaan
sejati melahirkan kedamaian, bukan kerusuhan; keluhuran budi, bukan euforia
tanpa makna.

Dari Makkah, mari kita bergerak ke Baitul Maqdis pada masa Umar bin Khattab
radhiyallahu ‘anhu. Ketika Yerusalem dibuka, Umar tidak datang dengan arak
arakan mewah. Ia memasuki kota dengan kesederhanaan yang membuat
kunci-kunci kota diserahkan tanpa pertumpahan darah berarti. Penduduknya
termasuk non-Muslim mendapati bahwa di bawah naungan Islam, hak, harta,
dan rumah ibadah mereka dijamin. Umar menegaskan bahwa kekuasaan
hanyalah amanah, bukan alasan untuk berpesta; momentum pembebasan
adalah awal pelayanan, bukan akhir perjuangan. Inilah pelajaran kedua:
kemerdekaan harus diisi dengan keadilan, perlindungan bagi yang lemah,
dan tanggung jawab pemimpin serta rakyat.

Sebelum dua peristiwa besar itu, ada pula simbol kemerdekaan yang
menyentuh pembebasan Bilal bin Rabah dari perbudakan. Abu Bakar
membelinya lalu memerdekakannya; Bilal kemudian menjadi muazin pertama
dalam sejarah Islam. Ini mengingatkan kita bahwa misi Islam adalah
memerdekakan manusia dari penindasan sesama manusia, dan lebih dalam
lagi: memerdekakan hati dari belenggu syirik, hawa nafsu, dan kezaliman.
Inilah pelajaran ketiga: kemerdekaan tidak hanya bersifat politik, tapi juga
spiritual dan moral.

Jamaah yang dimuliakan Allah…

Jika tiga kisah itu kita rangkai, tampak jelas satu benang merah: pembebasan
dalam Islam selalu diarahkan untuk menguatkan iman, menegakkan keadilan,
dan menumbuhkan persaudaraan. Maka, mensyukuri kemerdekaan negeri ini
seharusnya berjalan di atas jejak yang sama, yaitu:

  1. Syukur yang menjaga persatuan, bukan memecah-belah
  2. Syukur yang membela keadilan, bukan menutup mata pada kezaliman
  3. Syukur yang menghidupkan ibadah dan akhlak, bukan menenggelamkan diri dalam huru-hara

Sehingga bia ke-tigga hal itu kita lakukan Allah ﷻ telah berjanji :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَبِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَينْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras” (Q.S Ibrahim: 7).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…

Maka, mari kita jadikan peringatan kemerdekaan ini sebagai rasa syukur: lisan
yang memuji, hati yang tunduk, dan tangan yang berbakti. Kita teladani fathu
Nabi di Makkah, keadilan Umar di Yerusalem, dan pembebasan martabat
manusia pada kisah Bilal Bin Rabbah agar nikmat kemerdekaan ini Allah jaga
dan lipatgandakan, bukan dicabut karena lalai tidak bersyukur.


.بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَني وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

KHUTBAH KEDUA

أَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بتقوى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. وَقَالَ تُعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَوَكِلِينَ عَلَيْكَ، الرَّاضِيْنَ بِقَضَائِكَ، الصَّابِرِينَ عَلَى بَلَائِكَ، الرَّاحِيْنَ لِرَحْمَتِكَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
فيَا عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ، وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذَكُرُكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرْ

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

OLEH: USTADZ ABDUL MUNAWAR

DITERBITKAN OLEH :

Departemen Dakwah
DPP. HAMIDA (Himpunan Alumni Miftahul Huda)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2023 Miftahul Huda Pusat.

Cover
Radio Santri
Murottal, Kajian, dan Sholawat
🔉 🔊
نصب و تعمیر فن کویل در کرج. الأنشطة اللتي نقدمها في تميز للوقود. How we helped dimero to create a marketing strategy and a brand consistent website that converts visitors into clients.