Hikmah
Sabar dan Syukur: Kunci Kebahagiaan Hidup

Setiap orang pasti ngalamin pasang surut kehidupan. Ada masa-masa indah ketika semua terasa gampang, rezeki lancar, hati lega. Tapi ada juga masa-masa berat seperti sakit, gagal, kehilangan, atau masalah yang bikin dada sesak. Agama Islam mengajarkan dua sikap utama agar kita mampu menghadapi dua kondisi diaatas dengan bersikap sabar dan syukur.
Kalau dipikir-pikir, hidup sebenarnya selalu berputar antara dua keadaan ini. Lagi dalam kondisi enak kita bersyukur, Lagi dalam kondisi susah kita bersabar. Kalau dua-duanya bisa kita jalani, insyaAllah hidup bakal lebih tenang dan tentram.
Saat Hidup Menyajikan Ujian
Ujian datang dalam banyak bentuk. Ada yang sifatnya kecil kayak macet di jalan atau salah paham sama orang. Ada juga yang besar: kehilangan pekerjaan, sakit, atau perihal lainnya yang tidak sesuai ekpektasinya.
Wajar kalau kita merasa sedih atau kecewa. Tapi sabar berarti nggak larut berlebihan dalam rasa sakit itu. Kita boleh nangis, kita boleh ngeluh secukupnya, tapi jangan sampai putus harapan apalagi sampai menyalahkan diri sendiri atau keadaan secara berlebihan.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)
Kalimat sederhana, tapi dalam banget maknanya. Bayangin, kalau Allah yang Maha Kuasa bareng kita, pastinya seberat apa pun masalah, pasti ada jalan keluarnya. Tatkala yang maha segalanya menjadi backingan kita lantas apa yang sebenarnya harus kita hawatirkan?
Saat Nikmat Mengalir Deras
Di sisi segementase lain, ketika nikmat lagi banyak seperti saat rezeki cukup, badan sehat, keluarga rukun. Kadang justru kita jadi lengah, seperti lupa bersyukur, lupa siapa yang kasih nikmat, padahal nikmat yang nggak dijaga dengan syukur bisa perlahan hilang. Dan itulah kebiasaan kita, saat susah merendah, saat senang merasa paling terbang.
Perlu kita ingat dan renungi kembali bahwa syukur bukan sekadar ucapan Alhamdulillah. Syukur memiliki tiga kategori:
1. Bersyukur dengan Hati: Sadar secara penuh bahwa semua nikmat datang dari Allah.
2. Bersyuku dengan Lisan: Berdzikir dan memuji Allah.
3. Bersyukur dengan Tindakan: Menggunakan nikmat sehat, dan lainnya untuk kebaikan.
Dua Sayap Kehidupan
Mari kita reflektifkan penganalogian terhadap seekor burung. Burung bisa terbang karena punya dua sayap, Kalau cuma satu pasti jatuh.
Begitulah juga kita. Sabar dan syukur itu sayap yang bikin kita bisa terbang melewati kerasnya hidup dan lengahnya kita terhadap mensyukuri nikmat.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya: jika mendapat kesenangan ia bersyukur, itu baik baginya; jika ditimpa kesusahan ia bersabar, itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)
Hadis ini bikin kita sadar, kondisi apa pun bisa jadi baik, asal respon kita tepat dan cermat.
Bahagia Itu Sederhana
Kalau kita jujur, bahagia itu bukan berarti hidup tanpa masalah. Bahagia itu ketika kita bisa tetap tenang dalam ujian karena sabar, dan tidak lupa diri dalam nikmat karena syukur. Dengan begitu, hati jadi lebih ringan, hidup terasa lebih bermakna, dan perjalanan menuju Allah jadi lebih indah.
Karena pada akhirnya, orang yang bisa sabar dan syukur itu nggak perlu nunggu kaya atau sukses dulu untuk bahagia. Mereka sudah bahagia, justru di tengah perjalanan hidupnya.
Penulis: anugrah24