Perspektif Santri
Apakah kita peserta “Berlomba-lomba dalam Kebaikan?”
Hallo Sobat junal. Berlomba dalam kebaikan atau fastabiqul khairat memiliki makna yang luas. Itu akan melahirkan amalan yang terbaik, dan menciptakan kaderisasi muslim yang berqualitas tinggi.
Seorang Mukmin akan terpacu memanfaatkan waktunya untuk berbuat kebajikan. Sebesar apa pun itu, meskipun hanya seberat zarah.
Dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 148, Allah SWT berfirman:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
(Al Baqarah ayat 148)
Dengan segala daya yang dimiliki, berpaculah dalam amal kebaikan sehingga diri kita akan meraih kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat.
Agar hal ini bisa tejadi tentunya kita pelu mengambil sikap aktif bukan malah pasif.
1. Waktu Membunuhmu
pepatah arab yang sering kita dengar
“waktu ibarat pedang, maka jika kamu tidak menebaskannya, dia akan menebasmu.”
Hidup sangat dibatasi dengan waktu, sangat berkaitan pula dengan masa hidup manusia. waktu merupakan pertambahan umur dan pengurangan kesempatan. Jika umur berkurang maka kesempatan juga akan ikut menipis, dan ketika kesematan menipis maka menipis pula peluang kita untuk berbuat kebaikan.
2. Jelmaan Semut
Nikmat sehat merupakan mahkota bagi tubuh kita, saat kita terbaring sakit, kita baru sadar bahwa kesehatan sangatlah berharga. Orang yang mengabaikan kesehatan dirinya adalah orang yang menabung masalah untuk masa depannya.
“Jika dengan memperoleh pengetahuan malah merusak kesehatan diri kita, maka kita bekerja untuk hal yang tidak berguna.
– John Locke –
Saat evaluasi mandiri dalam aktivitas harian, nampaknya telalu banyak aktivitas yang kurang berdampak positif bagi kehidupan kita, lingkungan dan masyarakat umum. tekhusunya untuk kualitas iman.
Dari Ibnu Abbas RA dia berkata, Nabi SAW bersabda:
“Dua kenikmatan, mayoitas manusia tertipu pada keduanya, yakni kesehatan dan waktu luang”.
(HR. Bukhari).
hadist tersebut menjadi reminder untuk kita, bahwa “hidup bukan hanya soal huru hara saja, dan hidup bukan hanya tentang kemewahan dunia. sejatinya manusia hanya seorang turis dari surga untuk betamasya ke dunia yang fana”.
Semoga kita mampu berlomba dalam kebaikan, dan terhindar dari manusia jelmaan semut, yang rela menukar nyawanya demi memenuhi hawa nafsunya karna lengah dan gagal dalam ujian berupa kelimpahan nikmat yang telah diterimanya.
Penulis : anugrah24