Al-Kisah
Jenazah dibuang di Tong Sampah

Pada zaman dahulu, ada sebuah kisah tentang jenazah yang dibuang di Tong (tempat) sampah seorang laki-laki hidup di tengah Bani Israil. Sebutlah ia Fulan. Masyarakat sering kali terganggu oleh perangainya.
Sampai pada suatu hari, Fulan menemui ajal. Kematiannya membuat lega mayoritas warga. Sayangnya, mayoritas warga malah menunjukkan akhlaq yang kurang baik kepada mayat tersebut.
Mereka (Penduduk lokal) tidak sudi memandikan, mengafani, dan menshalatkan jenazah almarhum. Malahan, Jasad jenazah itu berada di atas tumpukan sampah, karna dengan sengaja jenazah itu dibuang di tong sampah.
Selang beberapa waktu, masyarakat lokal terkejut karna ada sebuah berita. Dari arah batas kota, datanglah Nabi Musa AS. Penduduk setempat sama sekali tidak menyangka, sang utusan Allah SWT menyambangi tempat tinggal mereka hanya untuk mengurus mayat Fulan.
Ayo mondok! di Pesantren Miftahul Huda
Kepada mereka, Nabi Musa AS menyampaikan nubuat Allah Ta’ala. Zat Yang Maha Mengetahui telah berfirman kepadanya,
“Wahai Musa, ada seorang lelaki meninggal dunia di kota itu, dan jasadnya dibuang warga di tempat sampah. Padahal, ia adalah salah seorang wali-Ku. Mereka tidak memandikan, mengafani, dan mengubur jenazahnya. Maka pergilah engkau, Musa! Mandikan, kafani, dan shalatkanlah orang itu!”
Mengetahui keterangan itu, para tokoh setempat kemudian menunjukkan lokasi tempat pembuangan jenazah tersebut. Orang-orang ramai mengikuti Nabi Musa dari belakang.
Nabi Musa mencari Informasi
Saat menjumpai mayat itu, Nabi Musa bertanya kepada beberapa pemuka lokal. Apa yang menyebabkan Fulan hingga mendapatkan perlakuan yang mengenaskan ini? “Dia semasa hidupnya banyak berbuat jahat,” ujar seseorang kepada Nabi Musa. Kemudian, Nabi Musa AS mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa,
“Ya Allah, Engkau telah menyuruhku untuk mengubur dan menshalatkannya, sedangkan kaumnya mengaku telah menyaksikan kejahatannya. Sungguh, Engkau lebih mengetahui daripada mereka mengenai kebaikan dan kejahatan orang ini (Fulan).”
Allah berfirman kepada nabi-Nya,
“Wahai Musa, apa yang mereka katakan adalah benar. Namun, mereka tidak mengetahui doa yang dipanjatkan orang itu kepada-Ku menjelang wafatnya. Bagaimana Aku tidak kasihan kepadanya ketika ia memohon, sedangkan Aku adalah Zat Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.”
baca juga: Permata yang perlu dijaga oleh manusia
Do’a sang pendosa yang mengharap ridhonya
“Wahai Tuhanku, apakah perkara yang dia doakan itu?” tanya Musa. Allah Ta’ala menjawab, “Menjelang matinya, orang itu berdoa,
1. ‘Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa hatiku tidak menyukai maksiat walaupun aku melakukan maksiat. Dan perbuatanku itu terdorong tiga hal, yakni hawa nafsu, teman yang buruk, dan iblis terkutuk. Mereka menjerumuskanku ke dalam maksiat. Engkau mengetahui semua yang ada dalam hatiku, semua yang kuucapkan, maka ampunilah aku.
2.Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku bermaksiat dan bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat dosa. Padahal, dalam hatiku lebih suka menemani orang-orang yang saleh.
3.Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa orang-orang saleh lebih kucintai daripada orang-orang yang fasik. Seandainya ada dua orang, yang satu baik dan yang lain jahat, maka niscaya kudahulukan kepentingan orang yang baik.
4.Wahai Tuhanku, sesungguhnya seandainya Engkau memaafkan dan mengampuni dosa-dosaku niscaya para wali dan nabi-Mu akan bergembira dan sedihlah setan. Apabila Engkau menyiksaku lantaran dosa-dosaku, niscaya bergembiralah setan dan sedihlah para nabi dan wali-Mu.
Aku mengetahui, kegembiraan para wali lebih Engkau sukai daripada kegembiraan setan. Maka ampunilah aku, ya Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala (kejujuran) yang kukatakan, maka kasihanilah diriku.’”
Nabi Musa memplopori pengapanan
Setelah mengetahui akhir hayat Fulan, maka Nabi Musa segera melaksanakan pengurusan jenazah itu secara sepatutnya. Melihat itu, masyarakat mulai menyadari kekhilafan mereka sehingga turut serta dalam mengurus sang mayit. Allah berfirman kepada rasul ulul azmi itu, “Wahai Musa, lakukanlah apa yang telah Kuperintahkan kepadamu karena Aku mengampuni dia dengan kehormatannya siapa yang menshalatkannya jenazahnya dan menghadiri penguburannya.”