Perspektif Santri
Media Sosial sebagai Impropisasi Metode Dakwah

Di zaman yang serba digital ini, media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, jutaan orang di seluruh dunia menjadi konsumen aktif, menggunakan media sosial memang terkesan gratis, namun bukan berarti kita boleh berperilaku seenaknya sehingga merugikan orang lain. dan salah satu rekomendasi kami, mari kita jadikan “Media Sosial sebagai Mediasi Impopisasi Metode Dakwah”.
Doktrinisasi Dimensi
Media mempunyai pengaruh (doktrinisasi) yang besar terhadap pengguna internet atau opini masyarakat, apalagi saat ini dengan adanya internet yang kompleks, di mana informasi atau pesan dapat terkirim dan diketahui banyak orang dalam waktu yang sangat singkat. Tanpa adanya filterisasi mendasar manusia bisa tersasar, baik tersasar secara ideologi ataupun persepsi.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
(Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 6)

Peluang terbuka yang ditawarkan Media Sosial
Pengaruh dari perkembangan teknologi komunikasi modern. Seperti Platform media sosial Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok menciptakan peluang baru bagi umat Islam untuk menyampaikan pesan keagamaan, mempererat hubungan persaudaraan, serta menghadapi tantangan dari arus informasi yang tidak terkontrol.
Ada konsep komunikasi dalam Islam yang bertujuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan tujuan mewujudkan serta meningkatkan ketaqwaan. Komunikasi sangatlah penting bagi setiap orang, karena manusia adalah makhluk sosial.
Allah menciptakan manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda, seperti adat istiadat, bahasa, agama, dan suku. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, manusia dibimbing untuk saling belajar satu sama lain. Keberagaman ini disebutkan dalam Al-Qur’an.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.
(Al-Hujurat ayat 13)
Dakwah melalui media sosial tidak hanya terbatas pada teks, tetapi juga menggunakan format visual dan audiovisual. Ceramah pendek dalam bentuk video, infografis yang menarik, podcast Islami, hingga meme yang inspiratif telah menjadi cara efektif untuk menyebarkan pesan Islam kepada generasi muda. Ini adalah peluang besar yang bisa membantu para dai dan ulama untuk menjangkau umat dengan lebih efektif.

Tantangan dan Himbawan dari dampak Media Sosial
Namun, dari berbagai peluang tersebut, terdapat tantangan yang tidak bisa kita abaikan. Salah satu tantangan terbesar adalah arus informasi yang sangat cepat dan sulit terkendali. Media sosial memberi kebebasan kepada siapa saja untuk menyebarkan informasi, tanpa adanya mekanisme validasi atau kontrol dari pihak berwenang.
Akibatnya, misinformasi dan hoaks banyak beredar, termasuk yang terkait dengan Islam. Seperti adanya Hadis palsu, pemahaman agama yang salah (Tanpa dasar, dan sanad keilmuan yang terverifikasi), serta provokasi antar mazhab atau golongan sering kali muncul di media sosial, yang pada akhirnya bisa menyebabkan perpecahan di kalangan umat.
Selain itu, media sosial juga sering kali menjadi tempat di mana ujaran kebencian dan fitnah berkembang. Penggunaan yang tidak bijaksana dapat memicu konflik, baik di antara sesama umat Muslim maupun dengan kelompok lain.
Kebebasan berpendapat pada platform media sosial, sering kali salah arti sehingga ada penyerangan tehadap individu atau kelompok tertentu dengan alasan agama, tanpa memperhatikan etika komunikasi dalam Islam.
Tantangan lain yang signifikan adalah mengenai privasi dan pengelolaan waktu. Media sosial memiliki sifat adiktif yang membuat banyak orang, termasuk umat Muslim, menghabiskan waktu yang berlebihan di depan layar (kecanduan).
Ini bisa mengganggu pelaksanaan kewajiban ibadah yang seharusnya menjadi prioritas utama bagi seorang Muslim.

Jalur alternatif Menghadapi tantangan
Ada beberapa langkah yang dapat kita ambil dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada pada media sosial.
Pertama. Meningkatkan literasi digital
penting bagi setiap Muslim untuk meningkatkan literasi digital agar bisa menilai informasi secara lebih kritis. Mengikuti sumber informasi yang terpercaya, baik dari ulama maupun institusi resmi, merupakan cara awal yang baik untuk memastikan kebenaran berita atau nasihat agama yang kita konsumsi dan praktikan.
Kedua. Menciptakan konten positif
umat Islam harus lebih aktif dalam menciptakan konten positif yang sejalan dengan nilai-nilai Islami. Ini tidak berarti bahwa semua konten harus serius atau kaku, melainkan bisa menyampaikannya dengan cara yang menarik dan relevan bagi generasi muda.
Contohnya, sepeti influencer Muslim dapat memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan tanpa kehilangan unsur hiburan.
Ketiga. Kesadaran akan etika
kesadaran akan etika dalam penggunaan media sosial harus terus meningkat. Hal ini dapat dengan cara menyimak ceramah, pendidikan, atau diskusi online yang mengajarkan bagaimana menjadi pengguna media sosial yang baik dan bijak.
Closing
Sebagai penutup mimin mengajak Sobat Jurnal dan umat muslim agar perlu selalu merenungkan niat dan tujuan dalam menggunakan media sosial. apakah untuk mendapatkan ridha Allah atau hanya demi popularitas, atau jangan-jangan hanya keegoisan pribadi saja!.
Setelah membaca artikel ini gimana tanggapan Sobat Jurnal apakah “Media Sosial sebagai Mediasi Impopisasi Metode Dakwah”? mari beropini dan berdiskusi untuk menghidupkan literasi islami.
Penulis : anugrah24