Literasi Islami
Permata yang perlu dijaga oleh manusia

Manusia adalah makhluk yang diberi permata oleh Allah SWT berupa akal untuk berpikir, hati untuk merasa, dan ruh untuk memahami makna hidup. Kita bukan sekadar hidup untuk makan dan tidur, tetapi untuk menjalani peran sebagai khalifah di bumi, membawa kebaikan, dan menebar rahmat.
Berapa banyak makhluk yang hidup tanpa kesadaran? Berapa banyak yang hanya mengikuti naluri tanpa bisa membedakan benar dan salah? Sedangkan kita, memiliki pilihan. memiliki waktu. memiliki kesempatan untuk berbuat, tidak seperti makhluk lainnya. Maka sungguh, betapa besar nikmat ini.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(QS At-Tiin ayat 4)
Manusia tercipta dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya.
Maka tidak heran terkadang, manusia bisa menjadi seperti malaikat, hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan yang hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya.
Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, ternyata manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dalam dirinya.
Dalam kitabnya (Nashaih Al-Ibad) ini, Syekh Nawawi menjelaskan tentang salah salah satu hadits nabi yang mengungkapkan empat permata dalam diri manusia, Namun, Syekh Nawawi tidak menyertakan siapa periwat hadits ini.
أربعة جواهر فى جسم بني آدم يزيلها أربعة أشياء. أما الجواهر : فالعقل والدين، والحياء، والعمل الصالح. فالغضب يزيل العقل، والحسد يزيل الدين، والطمع يزيل الحياء، والغيبة تزيل العمل الصالح
“Ada empat permata (perangai yang melekat) pada diri anak Adam yang dapat dihilangkan dengan empat perkara lainnya (dari sifat tercela), yaitu,”
1. Akal
Menurut Syekh Nawawi, akal adalah hiasan rohani yang Allah ciptakan berkaitan dengan fisik manusia. selain itu Akal merupakan alat untuk memahami agama. Sebab Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, jika akalnya eror maka akan kacau kehidupannya.
2. Agama
Menurut Syekh Nawawi, agama ini maksudnya adalah hal yang mengajak orang berakal untuk menerima segala hal dari Rasulullah SAW.
3. Haya’ (rasa malu).
Malu merupakan sifat yang terbahas oleh agama, karna malu merupakan satu rasa untuk mengendalikan perilaku manusia, dan berdampak pada mampu dan tidaknya seseorang membedakan kita dengan hewan ataupun setan.
Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un nafsiyun dan haya’un imaniyun.
Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan.
Sementara haya’un imaniyun adalah
أَنْ يَمْنَعَ المُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللهِ
“Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala”.
Sifat malu haya’un imaniyun ini hanya ada pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah.
wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan:
اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ
“Malu itu sebagian dari iman.”
Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya.
4. Amal saleh (yang ikhlas).
Amal shalih adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan.
Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu. Maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain.
Empat Hal Yang Merusak Permata Manusia
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut.
Rasul SAW mengatakan:
فَالْغَضَبُ يُزِيْلُ الْعَقْلَ وَالْحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الْحَيَاءَ وَالْغِيْبَةُ يُزِيْلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ
“Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal shalih”
Syekh Nawawi menuturkan, keempat permata tersebut dapat hilang dengan empat hal berikut ini:
Pertama, kemarahan
marah ternyata dapat menghilangkan akal sehat (cahaya dalam hati), sehingga manusia tidak bisa mengetahui perkara yang haq dan batil.
Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai Mua’awiyah, jauhilah olehmu marah, karena marah dapat merusak iman sebagaimana pahitnya shabr (bratawali) merusak manisnya madu.”
(HR Al Baihaqi).
Kedua, kedengkian
kedengkian (berharap hilangnya kenikmatan orang lain) dapat menghilangkan agama. Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah hasad, karena hasud dapat menghapus (pahala) kebaikan sebagaimana api membakar kayu.”
(HR Abu Dawud).
Ketiga, Tamak
Tamak (senang terhadap sesuatu) dapat menghilangkan rasa malu.
Keempat, Ghibah
dapat menghilangkan amal saleh. Menurut Syekh Nawawi, ghibah adalah menyebut-nyebut kejelekan orang lain di belakangnya dan kejelekan itu memang betul adanya.
“Apabila kejelekan yang terumbar itu tidak ada padanya, maka itu berarti tuduhan dusta. Jika menyebut-nyebut kejelekan orang lain itu terlaksana depan orangnya, itu termasuk memaki,” jelas Syekh Nawawi.